Saat kamu main atau berlibur ke Kota Jambi, ada beberapa tempat yang dapat kamu kunjungi dan tentu saja sangat sayang jika terlewatkan. Kebanyakan adalah tempat- tempat yang syarat dengan kisah- kisah bersejarah di masa lalu, semisal Masjid Seribu Tiang, gugusan candi-candi di Muaro Jambi, atau rentetan kisah yang tersaji ciamik di Museum Siginjei. Pastikan jangan sampai kamu melewatkan untuk berkunjung ke Sungai Batang Hari yang legendaris.
Mengapa kamu harus mengunjungi Sungai Batang Hari di Kota Jambi ini? Berikut penulis rangkum banyak alasan agar kamu berkunjung ke sini.
Sungai Batang Hari
Ya, alasan utamanya tentu saja Sungai Batang Hari. Sungai ini panjangnya sekitar 800 km! Wow… Sangat panjang bukan? Mata airnya berasal dari Gunung Rasan (2585 m), dan yang menjadi hulu dari Batanghari ini adalah sampai kepada Danau Di Atas, danau yang kini masuk ke dalam wilayah Kabupaten Solok, provinsi Sumatera Barat.

Dari Danau Di Atas ini airnya mengalir ke selatan sampai ke daerah Sungai Pagu, sebelum berbelok ke arah timur. Aliran dari sungai ini melalui beberapa daerah yang ada di provinsi Sumatera Barat dan provinsi Jambi, seperti Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Batang Hari, Kota Jambi, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, sebelum lepas ke perairan Timur Sumatera di sekitar Muara Sabak.
Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Hari merupakan DAS terbesar kedua di Indonesia, mencakup luas areal tangkapan (catchment area) ± 4.9 juta Ha. Sekitar 76 % DAS Batang Hari berada pada provinsi Jambi, sisanya berada pada provinsi Sumatera Barat.
Seluas 234.000 Ha areal DAS Batang Hari berada di dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), dan di zona tengah terdapat Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) seluas 60.500 Ha.
Ada banyak sungai lain yang bermuara pada sungai Batang Hari ini, diantaranya Batang Sangir, Batang Merangin, Batang Tebo, Batang Tembesi, dan lain sebagainya. Sistem aliran sungai ini membawa banyak deposit emas, sehingga muncul nama legendaris Swarnadwipa, yang berarti “Pulau Emas” yang diberikan dalam bahasa Sansakerta bagi Pulau Sumatera.
Selain emas, Sungai Batang Hari merupakan aliran sungai yang mulai dari hulu sampai ke muaranya banyak menyimpan catatan sejarah, terutama yang berkaitan dengan peradaban Melayu.Catatan sejarah juga mencatat bahwa pada Batang Hari inilah, pernah muncul suatu Kerajaan Melayu yang cukup disegani, yang kekuasaannya meliputi pulau Sumatera sampai ke Semenanjung Malaya. Dan juga dahulunya sejak abad ke-7 sehiliran Batang Hari ini sudah menjadi titik perdagangan penting bagi beberapa kerajaan yang pernah muncul di pulau Sumatera seperti Sriwijaya dan Dharmasraya.
Jembatan Unik
Di sungai Batang Hari yang membelah Jambi ini terdapat sebuah jembatan yang diperuntukan bagi pejalan kaki untuk menyeberang dari Kota Jambi, tepatnya yang membentang menghubungkan Taman Tanggorajo menuju ke daerah Seberang Jambi. Jembatan ini diberi nama Jembatan Gentala Arasy.
Kontruksi jembatan pedestarian itu juga sangat unik, meliuk-liuk seperti huruf ‘S’, dan jembatan ini membentang di atas Sungai Batanghari, yang menurut ukuran rata-rata sungai di Indonesia, tergolong lebar (lebih dari 100 meter).

Jembatan ini dapat kamu gunakan untuk sekedar menyebrang, ataupun berjalan kaki. Kamu juga dapat ber- jogging ria di jembatan ini, atau menyaksikan kesibukan rutinitas perahu yang hilir mudik di sekitar Sungai Batang Hari. Jangan khawatir tertabrak oleh kendaraan bermotor, karena di kedua ujung jembatan penyeberangan ini sudah dibangun sebuah batas agar kendaraan bermotor tidak dapat melintas.
Menurut penelusuran penulis, Jembatan Gentala Arasy dibangun dengan anggaran sekitar Rp. 88,7 miliar, dan anggaran tersebut dibagi ke dalam tiga tahun anggaran, yakni mulai dari tahun 2012 hingga tahun 2014. Bangunan selebar 4,5 meter dan panjang 503 meter ini merupakan proyek dari masa pemerintahan Gubernur Hasan Basri, dan diresmikan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla pada tanggal 28 Maret 2015.
Tempat Menikmati Pemandangan
Selain fungsinya sebagai jembatan penyeberangan, tentunya jembatan ini menjadi tempat yang strategis untuk menikmati pemandangan di sekitar Sungai Batang Hari. Kamu dapat menikmati pemandangan dari atas jembatan menuju ke arah sungai yang membentang di bawah jembatan, atau menikmati pemandangan di kedua sisi pinggir Sungai Batang Hari.

Pinggiran Sungai Batanghari ini sangat jelas terlihat diperkokoh dengan konstruksi beton berundak-undak, yang memberikan kemudahan bagi masyarakat jika menonton atraksi di sepanjang Sungai Batanghari ketika diselenggarakan lomba perahu Kajanglako dan perahu hias yang diselenggarakan rutin setiap tahun sekali.
Namun, saran penulis, jika kamu berkesempatan melintasi jempatan penyeberangan ini, pilihlah waktu menjelang sore hari. Selain suasananya sudah mulai teduh, kamu juga akan mendapatkan pemandangan sunset yang terbenam di ujung Sungai Batang Hari.
Menara Gentala Arasy
Saat kamu melintasi jembatan penyeberangan, di ujung jembatan tersebut akan kamu jumpai Menara Gentala Arasy yang megah dan cantik. Menara ini bukan hanya dijadikan pemanis jembatan saja, namun Menara Gentala Arasy ini juga memiliki beberapa keistimewaan.

Di antara keistimewaan Menara Gentala Arasy ini adalah, menara ini juga menjadi museum budaya dengan corak arsitektur Arab yang dapat ditemukan di tepi Sungai Batanghari, Jambi. Keistimewaan lainnya, Menara Gentala Arasy ini dijadikan ruang terbuka publik oleh Pemerintah Kota Jambi untuk bersantai bagi warganya.
Selain itu, di bagian belakang museum ini juga terhubung dengan daerah di seberang sungai, atau yang dikenal dengan sebutan Seberang Jambi. Keistemewaan lainnya dari menara ini adalah, di puncak menara museum ini terdapat jam besar yang dapat terlihat jelas dari kejauhan.
Menurut penelusuran penulis, Gentala Arasy sendiri merupakan singkatan dari “Gena Tanah Lahir Abdurahman Sayuti”. Kata “Gena” sendiri dapat diartikan sebagai “Tempat” dan Abdurahman Sayuti adalah mantan Gubernur Jambi periode 1989— 1999, yang lahir di kampung, yang kini menjadi lokasi bangunan museum Islam ini. Ya, menara Gentala Arasy.
Ini merupakan persembahan kehormatan untuk mantan gubernur Jambi tersebut.
Tempat Wisata Sejarah
Karena bentuk dan arsitektur Menara Gentala Arasy yang bercorak arsitektur Islam yang dipadukan dengan museum budaya, kita dapat menggali pengetahuan tentang sejarah masuknya agama Islam ke Kota Jambi.

Museum di Menara Gentala Arasy ini terbuka untuk umum. Di dalamnya dipamerkan kumpulan koleksi peninggalan budaya Islam yang ada di Kota Jambi, dan tentunya sejarah mengenai masuknya Agama Islam di Jambi.
Pada selasar menara Gentala Arrasy, pengunjung dapat menyaksikan sejarah perjalanan Islam dalam bentuk diorama dan room theatre.
Sebagai Penunjuk Waktu Sholat
Selain mempunyai arti kepanjangan dari nama Gentala Arasy, nama itu sendiri mengandung unsur filosofis, yaitu sebuah menara untuk mengingat “Tempat Tertinggi” (Arasy). Pada puncak menara Gentala Arasy ini terdapat jam di keempat sisinya yang juga berfungsi sebagai penunjuk waktu sholat untuk umat Muslim.

Pihak pengelola Menara Gentala Arasy juga menyediakan memiliki lift yang dapat digunakan oleh pengunjung untuk naik ke puncak menara, sehingga para pengunjung dapat menikmati pemandangan Jambi di ketinggian 80 meter, terutama pemandangan ke arah Sungai Batanghari.
Nuansa Kental Islami
Di sekitar daerah di ujung jembatan Gentala Arasy ini terdapat beberapa Madrasah ternama yang juga melegenda di Kota Seberang Jambi ini, diantaranya adalah Nurul Iman di Kelurahan Ulu Gedong, Al-Jauharein di Kelurahan Tanjung Johor, Sa’adatuddarein di Kelurahan Tahtul Yaman, dan pesantren As’ad di Kelurahan Olak Kemang dan juga beberapa lembaga islami lainnya.

Secara tidak langsung dan tersirat dengan jelas, Menara Gentala Arasy ini juga merupakan penanda bahwa Kota Jambi Seberang adalah pusat pendidikan ajaran Islam.
Hal ini juga dipertegas oleh atraksi yang diadakan di daerah ini pada hari-hari besar Islam, terutama pada Hari Raya Haji (Idul Adha) lebih ramai dibanding Idul Fitri. Tentunya juga dilengkapi dengan beragam kuliner khas yang merupakan kuliner tradisional andalan Kota Jambi Seberang.
Rumah Asli Jambi
Sesaat sebelum kamu mendekati Menara Gentala Arasy, kamu akan dapat melihat pemandangan perumahan warga Seberang Kota Jambi. Rumah-rumah warga ini kebanyakan masih tradisional dengan tiang- tiang yang tinggi untuk menghindari masuknya luapan air Sungai Batang Hari ke dalam rumah.

Beberapa rumah terlihat begitu unik dan antik, entah berapa generasi yang telah mendiaminya sampai beranak-cucu. Di beberapa sudut pada bagian rumah warga yang terbuat dari kayu ini juga dihiasi kisi- kisi beranda khas Jambi atau ukiran khas negeri Jambi.
Wisata Sungai
Jika kami ingin kembali pulang ke arah sebaliknya, yakni ke Taman Tanggo Rajo, kamu dapat menelusuri kembali jembatan penyeberangan Gentala Arasy. Namun, penulis sarankan kamu menempuh jalur lainnya untuk menuju ke seberang, yakni menggunakan jasa perahu.

Ya, walaupun jembatan Gentala Arasy sudah berdiri, angkutan penyeberangan masa lalu yang ramai digunakan oleh warga Jambi saat jembatan itu belum ada, masih tetap beroperasi, walaupun tidak sebanyak dulu tentunya.
Dengan membayar ongkos menyeberang sebesar Rp. 5.000,- kamu sudah dapat menikmati terombang- ambing di atas perahu yang dinakhodai oleh warga lokal, melintasi permukaan Sungai Batang Hari.
Pusat Kuliner
Bicara kuliner, Gentala Arasy adalah pusatnya. Baik di lokasi Taman Tanggo Rajo tempat awal jembatan itu bermula, ataupun di Menara Gentala Arasy, tempat jembatan ini berujung.

Di Taman Tanggo Rajo kamu dapat duduk- duduk santai di bawah atap terpal para penjual kuliner yang banyak berjejeran di pinggiran Sungai Batang Hari ini. Tersedia banyak deretan kursi dan meja-meja ramping untuk para pengunjung menikmati kuliner mereka. Mulai dari bakso, sate, nasi goreng atau sekedar membasahi dahaga dengan air kelapa muda.
Di ujung Jembatan Gentala Arasy sendiri kamu dapat menikmati tekwan, gulai kepala kakap, ikan baung goreng, dan lain-lain. Tentu saja kamu dapat menikmatinya dengan harga yang wajar.
So, kamu tertarik untuk jalan- jalan ke sini? Karena lokasi ini berada di dalam kota, cara mencapainya juga mudah. Dari airport Sultan Taha kamu dapat menggunakan jasa taksi atau ojek online. Kamu hanya menghabiskan waktu sekitar 20 menit dan menghabiskan ongkos hanya sebesar Rp. 15.000,- untuk ojek online dan Rp. 30.000,- dengan menggunakan jasa taksi online.(**)
Bams @2019