Pendakian Gunung Cikuray si Anak Kalimantan
Sebagai anak yang hidup dipinggiran sungai Kalimantan, melihat gunung nan indah adalah layaknya mimpi disiang bolong. Bagaimana tidak, hidup di Kalimantan yang hanya dipenuhi dengan hutan belantara tanpa ada satu pun gunung yang tertananam di tanahnya. Berbeda jauh dengan pulau Jawa yang memiliki sejuta gunung yang diantaranya dihiasi oleh kebun teh hijau yang menampakan diri memberi pemandangan yang memanjakan mata. Sebuah karunia Tuhan yang patut disyukuri.
Hanya sekedar melihat langsung pun menjadi angan-angan yang mungkin sulit untuk diwujudkan, apalagi bisa mendaki gunung untuk menikmati indahnya pemandangan yang disuguhkan di puncak. Cerita para pendaki yang sangat girang dengan keindahan gunung pun seperti cerita fiksi yang memberikan angan-angan belaka.
Ya, memang terdengar sedikit “lebay”, tapi memang itu kenyataan yang ada. Perjuangan yang hanya sekedar untuk melihat saja harus melewati terjalnya jalanan yang penuh kewaspadaan dan menyebrangi lautan dingin dengan ombak yang menghempas tanpa henti.
Namun, ketika Tuhan sudah berkendak dan takdir telah diputuskan, sejauh apapun itu pasti akan bertemu. Ya itulah yang saya rasakan ketika diberi kesempatan untuk mensyukuri dan melihat langsung ciptaan-Nya yang begitu indah.
“Gunung Cikuray”, itulah nama salah satu gunung yang pernah saya jejaki di tanah Jawa tepatnya di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Gunung Cikuray merupakan gunung tertinggi keempat di Jawa Barat setelah Gunung Gede. Para pendaki amatir hingga profesional berbondong-bondong datang ke sana demi sebuah kepuasan tersendiri untuk memanjakan mata.
Untuk bisa mendaki gunung tersebut saya harus pergi ke Garut, kemudian menaiki angkutan kota menuju jalur pendakian. Terdapat beberapa jalur pendakian diantaranya Ciliwu, Bayongbong dan Dayeuh Manggung. Karena saya pendaki amatir jadi saya memilih jalur yang paling cepat ke puncak yaitu Ciliwu.
Perjalanan saya dimulai dengan melewati pemukiman warga. Medan jalan yang menanjak pun menjadi tantangan, namun tidak mengurangi semangat saya untuk bisa menggapai puncak. Dalam perjalanan saya disuguhi dengan aktivitas warga sekitar yaitu bertani. Kebanyakan penduduk setempat memanfaatkan suburnya tanah dengan bercocok tanam.
Setelah melewati pemukiman warga, saya pun memasuki perjalanan yang sesungguhnya yaitu pendakian melewati hutan dengan medan jalan yang curam dan terjal. Namun, kala itu saya menumpang mobil pikap warga yang sedang melintas seraya menyimpan tenaga untuk perjalanan mendaki selanjutnya karena mobil tersebut hanya mengantar sampai melewati hutan.
Akhirnya setelah melewati hutan, saya pun melanjutkan pendakian dengan berjalan kaki. Kala itu, mata saya pun mendadak berubah menjadi hijau dan senyum pun nampak terlihat karena saya disambut dengan indahnya kebun teh yang berbaris sangat rapi. Ini pertama kalinya saya bisa melihat secara dekat kebun teh tersebut. Saya pun mulai girang, karena di Kalimantan saya hanya bisa melihat kebun sawit dan karet. Momen tersebut pun tidak saya sia-siakan, lantas saya mengabadikannya dengan mengambil gambar dengan sudut pemandangan yang berbeda-beda.
Setelah puas mengambil gambar, saya melanjutkan perjalanan lagi. Jalan sempit dan berliku menjadi tantangan pendakian saya selanjutnya ditambah lagi terik panas matahari. Namun, semakin mendakati puncak, saya bisa melihat pemandangan ke bawah yang luar biasa indah. Kebun teh hijau dan gunung-gunung nampak jelas terlihat membuat saya begitu kagum dengan indah ciptaan-Nya. Saya pun berhenti sejenak seraya menghirup udara segar sambil menatap indahnya pemandangan tersebut.
Karena hari semakin sore, saya pun kembali melanjutkan perjalanan. Di perjalanan tiba-tiba celana saya robek tidak sanggup menahan jalan menanjak yang saya lalui. Celana itu pun menjadi saksi betapa pengorbanan saya untuk bisa menjejakkan kaki di puncak gunung yang memiliki ketinggian 2.821 meter dari atas permukaan laut ini. Lantas saya pun tetap meneruskan pendakian. Akhirnya dengan perjalanan penuh rintangan dan banyaknya tenaga yang terkuras, saya pun bisa sampai di salah satu titik terpuncak gunung tersebut.
Di puncak gunung saya bisa melihat indahnya Kabupaten Garut dan gunung-gunung yang mengelilinginya, awan-awan tebal berterbangan ditiup angin dan hijau kebun teh yang mempesona. Sungguh menjadi pengalaman yang sangat berharga dalam hidup saya. Hati ini pun terus mengucap syukur karena telah diberi kesempatan untuk bisa melihat indahnya alam yang berada di perbatasan kecamatan Bayongbong, Cikajang, dan Dayeuh Manggung ini.
Dari pendakian gunung kali ini banyak pengalaman dan pelajaran yang saya dapatkan. Salah satunya adalah untuk menggapai ketinggian kita haruslah berusaha dan berani berkorban. Berani menghadapi rintangan dan berani terjatuh. Tidak ada sesuatu yang instan, semuanya pasti melewati proses panjang. Proses itulah yang harus kita mulai dengan semangat keberanian penghunus seribu rintangan.