
Kisah ini saya dedikasi untuk kalian guys, Aris, Fery, Bashor dan Kang Udin. Tanpa kalian mungkin kisah klasik ini gak akan pernah ada, tanpa kalian mungkin saya gak bisa menikmati keelokan negeri kita. Saya gak tau ini karunia atau kutukan tapi setiap kali menghabiskan waktu bareng kalian saya merasa bebas dari segala beban, semua terasa ringan untuk melangkah, bercandanya kita, seru-seruannya kita gak akan pernah saya lupakan. dan kisah ini adalah salah satu bagian dari kebersamaan kita
Cekidot,,,,
Bungurasih
Setiap kisah selalu bermula dari sini. hampir tengah malam tetap saja seperti biasa selalu ramai. Wajah-wajah penumpang menghiasi perjalanan kami dengan berat carrier yang dipikul.tampak beberapa dari mereka menoleh ke arah kami.ada yang dengan mimik biasa saja,ada yang,tersenyum penuh arti,dan tidak jarang ada yang melihat kami dengan tampang mencurigakan.
Akhir-akhir ini jika berhubungan dengan perjalanan jauh. apapun itu jenis alat transportasinya.saya selalu bermasalah dengan mabuk perjalanan. kondisi yang baru mulai saya rasakan 3 bulan terakhir saat perjalanan ke merapi. entah karena semangat yang luar biasa namun tidak diimbangi dengan kondisi tubuh yang fit atau salah satu syndrom yang mulai berakar dalam tubuh saya.
Entahlah.tapi belajar dari pengalaman-pengalaman yang tidak mengenakan itu,akhirnya membawa saya kepada beberapa ritual yang absolutely you must to do that…^_^
Pertama.berdoa dulu sebelum berangkat.
Kedua jangan lupa makan
Ketiga obat anti mabuk perjalanan adalah barang wajib untuk dibawa…bukan dibawa saja tapi di minum…2 tablet sekali minum siap action (mengutip katanya mbak KD)
Keempat.meminimalisir segala tindakan dan omongan yang tidak perlu selama diatas bis.
Kelima berbaik hati dan murah senyumlah kepada pak sopir dan pak kondektur.dan yang terpenting dengan tetangga disebelah kursimu..biar ntar kalo loe muntah.gak bakal di caci maki,disumpah serapah dan dilempar keluar dari dalam bis dengan tidak sopan.
Keenam.tidur…….
Sabtu Setengah enam pagi terminal bis giwangan Yogya.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih enam jam, akhirnya sampai juga kami disini di terminal kesayangan masyarakat Yogya. Giwangan.
Deretan warung makan yang berjejer disertai gaya marketing penjualnya yang agresif adalah awal kami disini. Sedikit risih tapi mau gak mau kami harus sarapan dan sebuah warung sederhana terletak sedikit di pojokkan adalah pilihan kami dan mau gak mau lagi kami harus makan walau menurut Bondan Winarno kurang manyuz. Setelah sarapan sudah hampir jam 7 pagi, kami memutuskan untuk beristirahat lebih lama dengan berbagi cerita dari yang penting sampe yang gak penting.
Magelang..
Dua jam perjalanan dengan menumpang bis umum yang berkapasitas lebih kecil dan bertarif 8000 rupiah mengantarkan kami ke Terminal bis Sukarno Hatta atau yang lebih akrab dikenal dengan terminal bis Tidar. Kalo dibandingkan dengan terminal bis lainnya, terminal bis kota Magelang memiliki area yang tidak cukup besar dan aktifitas yang berlangsung juga tidak terlalu ramai.
Tujuan selanjutnya adalah bertemu dengan salah satu senior kami yang merupakan pencetus dari misi ini Saefudin ki yo Udin yang lebih akrab di panggil Kang Udin.
Setelah cukup lama beristirahat di rumah kang Udin Jam setengah empat sore WIB. Setelah packing terakhir dan pamitan dengan istrinya kang udin saatnya kita berangkat dengan daerah selanjutnya adalah Wekas. Tempat terakhir sebelum kami mendaki.
Tumpangan kali ini adalah bis antar kota dengan tarif 7500 rupiah per orang dengan kapasitas lebih kecil serta jumlah penumpang yang juga lebih sedikit. Itu normalnya saja, belum kehitung dengan penumpang yang bergelantungan sepanjang pintu depan, badan bis sampai ke pintu belakang bis.
Hampir sejam perjalanan,akhirnya sampe juga kita di wekas. Desa terakhir untuk perjalanan kita sesungguhnya..
Berlima kami menata langkah menapaki jalan panjang yang terpampang didepan mata. Menurut kang Udin perjalanan dari pintu gerbang pendakian sampe ke pos perijinan membutuhkan waktu sekitar 45 menit, kalo ingin lebih cepat dan tidak membuang-buang waktu banyak kita bisa menggunakan ojek. Tapi seperti biasa kita lebih memilih mengandalkan kaki masing-masing.
Perkampungan selanjutnya adalah Desa Genikan. Desa terakhir arah selatan lereng gunung Merbabu. Aktivitas penduduk sore ini tidak beda jauh dengan aktivitas pedesaan pada umumnya.berkebun dan bertani adalah sumber penghasilan warga desa genikan.sesekali berpapasan dengan warga sekitar,saling sapa dan tegur adalah sebuah identitas manusia indonesia yang terkenal ramah tamah. Kepolosan dan ketulusan dari senyuman mereka mengajarkan tentang indahnya sebuah keakraban dan kebersamaan. Melewati desa genikan,kami dihadapkan dengan ribuan pohon beraneka ragam yang tertata rapi. Di kiri dan kanan jalan sepanjang mata memandang rimbunan dan keperkasan alam menghiasi setiap tatapan mata. hutan ini begitu hijau,hutan ini begitu sejuk, hutan ini begitu rapi. hutan yang termasuk kedalam Taman Nasional Gunung Merapi-Merbabu (TNGMM) ini adalah contoh nyata salah satu sumber oksigen alam yang perlu dijaga dan dilestarikan. Dan kita yang harus bertanggung jawab atas itu semua. Anak-anak bangsa, calon masa depan Indonesia..
Semakin jauh melangkah, hari pun semakin gelap. berpisah dari rimbunan pohon dan alam luas,kami bertemu dengan perkampungan lainnya, kampung kedakan. Salah satu bagian dari Desa Genikan. Tak ada aktifitas berlebihan dari warga disini, keadaan sunyi sepi ditambah lagi dengan cuaca yang semakin dingin membuat penghuninya lebih memilih berkumpul dengan keluarga didalam rumah setelah bekerja seharian. Dengan jarak yang lumayan jauh dari pusat keramaian kota, saya rasa warga disini akan berpikir dua kali untuk kesana, kalo bukan urusan mendesak atau keperluan penting, apalagi kalo malam hari. Karena selain harus memiliki kendaraan pribadi,untuk melewati hutan rimbun yang tak ada penerangan sama sekali ini juga dibutuhkan keberanian ektra. pertama kali memasuki perkampungan, pemandangan dan suasana pedesaan yang kental semacam ini terasa asing bagi saya bahkan untuk kita berlima,yang sehari-hari harus berhubungan dengan ramainya kota yang penuh dengan hiruk pikuk manusia dan debu jalanan.
Setelah tiba di pos perijinan, kang Udin yang sudah cukup akrab dengan pemilik rumah langsung melenggang santai kedalam. suasana ruangan utama tidak jauh beda dengan pos perijinan pada umumnya area yang luas dengan minim perabotan.
Setengah jam berlalu, tiba saatnya untuk ngetrack. Tapi sebelumnya sebagai pendaki yang baik dan benar.ijin perijinan harus diutamakan.. Setiap orang dikenai biaya sebesar 4 ribu rupiah dengan rincian 1500 untuk biaya masuk TNGMM dan sisanya 2500 untuk kas kampung dan penyelamatan atau bahasa kerennya rescue.
Berlima kami menata langkah, menjejaki tanjakan-tanjakan awal.
Sebagai orang yang mengerti medan, kang Udin bertindak sebagai front man disusul Saya, Fery, Bashor dan Aris. malam semakin larut dingin pun perlahan mulai terasa menyengat. Saya tidak dapat menggambarkan suasana pendakian malam itu karena semuanya gelap gulita dan tertutup rimbunnya pepohonan alam. Yang saya tahu adalah jalan awal yang cukup lebar, berganti dengan setapak kecil yang dilintasi pipa berdiameter sekitar 5 inci yang dialiri air yang terdengar sangat jelas.
Bila memutuskan untuk ngetrack pada malam hari,artinya bukan kondisi fisik saja yang harus di jaga dan mendapat perhatian ekstra. Tapi keamanaan, kewaspadaan dan kehati-hatian juga harus lebih ditingkatkan lagi apalagi di gunung yang belum pernah kita kunjungi sebelumnya. Dan saran saya sebaiknya ajak guide atau teman atau siapalah yang mengerti medan, Contohnya seperti kami, berkat kang Udin banyak kemudahan yang kita peroleh. dari jalur alternatif yang lebih gampang untuk dilalui, pengetahuan tentang keadaan alam gunung Merbabu, dan yang pasti karena kang Udin pula kita mendapatkan jamuan teh hangat gratis dari pos perijinan tadi … Kece gak kita?
Semakin jauh dari pemukiman rute Semakin mendaki terjal, cuaca dingin yang menyerang tubuh memaksa untuk pandai-pandai mengatur napas..banyak pendaki lain yang sempat kami temui diatas,,ada yang sudah duluan mendahului kami dan ada pula yang menyusul dari belakang, bukan hanya pendaki cowok saja tapi lumayan banyak pendaki ceweknya, saya sempat bingung dengan kehadiran orang-orang ini. setau saya waktu pendakian tadi sepertinya sepi cuman kami berlima tapi sekarang sudah belasan orang bahkan puluhan. entah lewat jalur yang mana mereka tempuh. Tapi gapapalah, semakin banyak orang semakin ramai, biar suasana dingin yang mencekam ini tidak berjalan dengan mengerikan.
Menurut kang udin(lagi-lagi kang udin menjadi sumber terpercaya), ada dua tempat untuk ngecamp, pertama di pos dua karena ada sumber air yang bisa dimanfaatkan untuk masak, dan yang kedua adalah di pos tiga,walaupun gak ada sumber air, tapi paling tidak karena letaknya sudah diatas ketinggian rata-rata, otomatis landscapenya pun luar biasa kerennya. dari sana kita dapat menikmati sunrise dengan sepuas-puasnya.
Baiklah kalo begitu ayo kita tarik lagi…
Semua kembali diam menata langkah. tetap waspada dengan rute setapak yang berair. mengurangi becandaannya,berbicara seperlunya,dan kang udin tetap memimpin langkah di depan..
Dua jam lebih akhirnya sampai juga kami di pos dua. lumayan ramai. disana sini banyak tenda yang didirikan, kami memilih untuk ikutan ngecamp disini. selesai tenda didirikan saya langsung meringsek kedalam. dinginnya malam itu sungguh sangat luar biasa,bukan aris saja yang merasakan kondisi tubuh yang tidak fit tapi saya juga sama kepayahan. bahkan untuk sekedar makan malam dan menghangatkan tubuh dengan segelas kopi panas pun saya gak sanggup. jacket,sarung tangan,dan pelapis tubuh yang lain tidak cukup menghangatkan tubuh saya,nyaris terserang hypothermia.
Tepat jam 8 pagi perjalanan dilanjutkan,Kembali kami dihadapkan dengan setapak kecil berembun. sepanjang perjalanan pemandangan hutan lindung taman nasional gunung merbabu menjadi pemandangan indah yang memanjakan penglihatan. hari yang cerah dan jiwa yang cerah kami memantapkan langkah. ditengah perjalanan sempat berpapasan dengan para pendaki yang lain,lumayan ramai gunung merbabu hari itu,saling melempar dan menangkap senyum adalah interaksi kekerabatan yang khas, sesekali tidak lupa kami saling memberikan semangat. Bersemangat!!!
Sampai pos tiga hari sudah semakin siang, lokasinya tidak menunjukkan lazimnya sebuah pos,orang awam yang belum pernah kesini mungkin tidak tahu akan lokasi pos tiga ini.yang ada hanya tumpukkan batu besar,yang disampingnya terdapat tanah datar yang cocok untuk mendirikan tenda..
Sebentar kami beristirahat disini,rimbunan pepohonan tadi kini telah berganti dengan hamparan rumput luas yang menghijau,di kejauhan sana deretan gunung melengkapi penglihatan disiang itu, sebagai tanda kalo posisi kami sudah semakin tinggi dan semakin jauh,tapi bukan berarti semakin dekat.
Menurut kang Udin rutenya mengitari bukit, jadi kita akan berjalan memutar mengikuti jalur yang ada.
Hampir setengah jam berjalan, kami sampai pada sebuah lokasi yang tidak jauh berbeda dengan pos tiga, yang membedakan hanyalah disebelah kiri setapak yang menanjak terdapat sebuah jurang yang nampak seperti kumpulan air membentuk danau kecil yang disampingnya terdapat sebuah gua. pelatarannnya luas dengan landscape yang tidak kalah kerennya…
Puas dengan yang satu ini, perjalanan kembali dilanjutkan. Setapak-setapak yang dijejaki perlahan namun pasti sudah mengantarkan saya pada posisi depan dan mulai memasang jarak dengan yang lain, sesekali saya sempat untuk menoleh kebelakang sekedar memastikan bahwa semua baik-baik saja dan saya tetap dalam rute yang benar….
Semakin lama saya berjalan tidak ada tanda-tanda bahwa saya akan mendekati puncaknya, padahal perasaaan saya sudah benar dengan semangat luar biasa saat melangkah. dan perjalananpun mengantarkan pada sebuah pertigaan.
Ke sebelah kanan arah puncak sarip dan ke kiri puncak genteng songo…..
Bertemu dengan beberapa mas-mas yang kalo gak salah dari yogya,sekedar senyum-senyum dan bertegur sapa, saya menyalib mereka. Perjalanan saya berujung pada setapak lain yang memilki dua arah. Yang satu, jalur memutari bukit dengan jalan datar dan yang satunya setapak menanjak melewati bukit tersebut. Disinilah kegalauan saya yang sebenarnya terjadi.
Saya bingung jalan mana yang harus dipilih,kemanakah jalan yang benar arah tujuan hidup saya selanjutnya, memutarkah atau mendaki???
Ujung-ujungnya saya harus menunggu mas-mas tadi,
sama saja mas….kalo lewat bawah jalurnya tidak begitu berbahaya,lebih santai. tapi kalo dari atas,lebih terjal disamping kiri kanannya jurang. Harus lebih hati-hati,tapi intinya sama saja.
Itulah jawaban dari mas-mas tadi atas kegalauan saya.
Setelah lima menit membiarkan otak berpikir,akhirnya keputusan akhir saya mengambil jalur mendaki. Tidak masalah saya harus menguatkan mental untuk menaklukkan yang satu ini.
Ternyata benar. Jalannnya super duper berbahaya. Bayangkan untuk menyebrang dari setapak satu ke setapak lainnya, harus melewati bebatuan besar yang berdiri kokoh di tengah jalan. Untuk memanjatnya mata harus terus waspada dengan jurang dikiri dan kanan yang setiap saat siap menampung saya jika lengah. Bukan itu saja,untuk bisa lepas dari bukit itu saya harus turun dengan gaya berpegangan diakar-akar pohon yang bergelantungan bebas dengan jarak yang lumayan tinggi.
Sabtu 29 Mei puncak Genteng Songo, Gunung Merbabu..
Setelah setengah jam saya terlepas dari bukit tadi, sekarang didepan mata terpampang dengan jelas tebing yang lainnya. Yang ini kelihatan lebih terjal dan lebih tinggi. pegangan satu-satunya adalah akar-akar kayu yang bergelantungan dan bebatuan yang tertancap kokoh disana.
ditengah rasa capek dan letih ada secercah harapan yang menanti, ada hasrat yang besar untuk menaklukkannya, ada ribuan motivasi yang siap untuk di buktikan. didalam hati ini ada sebongkah doa yang tulus atas anugrah yang maha kuasa. semua terjadi begitu saja karena saya tahu, di balik “tembok ‘yang menghalangi ini mimpi itu akan terwujud…genteng songo sudah didepan mata…
Kang saefudin ky yo udin.bashor fiction finger,aris daeng w dan fery puji nova.
Maafkan saya,karena sudah lancang meninggalkan kalian jauh dibelakang. Saya akan menunggu kalian disana kita akan bertemu dipuncak gunung merbabu..
ayo kakiku,temani aku melangkah….kita pasti bisa…
Injakkan pertama dijejali. Bergantungan diranting yang satu dan lainnya.saya berusaha mencari pijakan yang kuat.diantara tebing bebatuan yang tertanam disana. Berat carrier yang dipikul semakin menambah kesulitan untuk terus memanjat.Disisa-sisa tenaga yang masih ada, akhirnya saya berhasil menggapai puncaknya…Huhuhuy…aloha….caiyo….Saya berhasil….saya berhasil….
Capek yang sejak tadi saya rasakan nyaris merenggut asa berganti dengan luapan kegembiraan khas anak SD. Dataran luas tidak begitu besar, ditengah-tengahnya tergeletak tanda berupa plat berbentuk anak panah berwarna kuning Berukuran tidak begitu besar bertuliskan puncak genteng songo, Beberapa pohon kecil,tumbuh mengitari dataran puncak….
gak pake lama, ditengah suasana damai ini sayup-sayup saya sempat mendengar, ada suara yang memanggil-manggil. bergegas saya beranjak mencari sumber suara dan dari dikejauhan sana sobat-sobat saya, orang-orang yang sudah menemani saya dalam suka dan duka merbabu ini, sobat-sobat yang gokil, gak ada matinya,super duper koplak, lagi heboh-hebohnya nyariin saya, dan untuk sesaat saja saya sangat merindukan mereka……
woooooooyyyyyyyyyyy………… ayooooooooo……….
Ngapain disitu,,,.sini,,, Kita kumpul-kumpul disini….
Acara selanjutnya adalah masak dan makan siang. menurut saya acara masak-memasak adalah persitiwa tragis selama perjalanan kita. Kalo berbicara tentang logistik dan peralatannya sih no problem, semuanya memadai. tapi cara memasaknya itu yang menjadi perkara besar buat kita berlima. Masak mie instant ok, telur ok, ikan kaleng ok, tapi kalo sudah berhubungan dengan masak nasi, maka nasi itu seketika akan kehilangan identitasnya. Jadi bubur kagak, jadi nasi kagak,udah gitu gosong mentah pula. Sempurnakan???itulah nasi galau ala kita. yang pengen coba, skali-skali bolehlah gabung sama team kita,team arek-arek metal, gratis gak dipungut biaya..
Jam menunjukkan setengah tiga sore,sudah cukup lama kita menghabiskan waktu di puncak.
Jadi gimana???
Mau balik arah yang sama atau lintas alam?
Kang Udin memberikan pilihan sebelum berangkat (lintas alam maksudnya kita gak kembali via wekas tapi lewat selo)
Setelah rundingan keputusan terakhir adalah lintas alam…..
Oke kalo gitu, ayo kita berangkat guys…
Kembali setapak menurun kami jajal.kali ini rutenya terlihat lebih terjal dan untuk kesekian kalinya kang udin memimpin didepan dan kami yang lain mengekorinya. Sepanjang mata memandang hamparan rumput luas menghijau,memberikan perasaan sejuk ditengah terik matahari yang memanas. sabana yang seakan tak pernah habis ini berhasil menjadi obyek utama kami rasa kagum akan hasil karya sang pencipta semakin menyadari bahwa semua yang djadikan oleh sang pencipta selalu baik adanya gak ada yang cacat. tergantung dari kita bagaimana menyadari dan mensyukuri atas karunia yang telah dititipkan termasuk yang satu ini. rasa kagum menjadi dua kali lipat lebih besar karena keelokkan alam itu kita temukan disini. ditanah air tercinta kita Indonesia, di negeri yang sudah memberikan tumpangan untuk lahir,bertumbuh,,berkembang dan mengerti akan arti hidup. gak perlu harus bersusah payah mencari keindahan lain di negeri orang kalo semuanya sudah tersedia disini.
Huuuuuffftttt..indonesia emang gak ada duanya. Indonesia emang super duper keren. Indonesia selalu di hati gue. Indonesia gak ada matinya. Banyak hal yang bisa gue nikmatin disini. Disini aja gue bisa liatin orang masih bisa tersenyum saat marah. Masih bisa becanda saat dalam suasana lagi serius, hanya di Indonesia aja, loe bisa langsung cepat akrab sama orang laen,walau baru pertama kali bertemu. Semua disekitar kita adalah anugerah, banyak hal yang bisa kita syukuri asalkan kita mau “membuka mata”……
Gue Indonesia banget….I love Indonesia………..
Langkah-langkah kaki perlahan namun pasti semakin menjauh dari puncak merbabu. semua diam menata langkahnya, menyusuri setapak yang tak berujung. Keindahan ini berhasil membungkam mulut kami, setiap kata yang terucap hanya pujian akan alam semesta ini.
Detik ke menit,menit ke jam,akhirnya kami tiba di pos peristirahatan. Tidak ada bangunan,tidak ada gubuk, tidak ada lesehan hasil karya manusia. semua serba alami.Tanah lapang luas menghijau,beberapa pohon tumbuh di sekitarnya. hanya sebuah plat dengan ukuran tidak begitu besar terpasang diantara pepohonan itu. Bekas api unggun dan sisa bakar-bakar adalah pemandangan lain disekitar pos peristirahatan. Tampak jelas kalo banyak pendaki lain yang menghabiskan waktu dan memutuskan untuk rehat disini. Sebenarnya untuk ngecamp dan beristirahat banyak destinasi pilihan yang bisa di pakai, Karena area jalur selo ini menyuguhkan tempat-tempat keren yang gak kalah bagusnya dengan lokasi di pos perijinan saja, tapi saya rasa itu pilihan yang cukup bijaksana..artinya dengan mendirikan tenda disekitar pos perijinan, otomatis kita menggunakan sarana yang ada ditempat yang semestinya.
Malam yang semakin beranjak,keluar dari area pos peristirahatan, kami dihadapkan dengan setapak menurun lainnya kali ini lebih rimbun. hamparan rumput sudah berganti dengan rimbunan pohon-pohon beraneka ragam yang sedang beranjak dewasa. Hampir setengah jam perjalanan,dari kejauhan mulai tampak cahaya-cahaya lampu dari rumah warga, sayup-sayup suara orang melafalkan ayat suci alquran terdengar jelas dari pengeras suara masjid kampung.
Mulai ada tanda-tanda kehidupan, itu pemukiman warga, sebentar lagi kita nyampe, kita akan berjumpa dengan manusia-manusia lain. Kita akan menemukan kehidupan kita yang sesungguhnya….
Rasa capek dan letih berganti dengan sisa –sisa semangat yang masih menggebuh. meskipun saya dan aris tertinggal di belakang tapi kita berdua masih sempat becanda dan lucu-lucuan gak jelas. naluri jayus kita muncul lagi.
Melewati jalan aspal, dikiri dan kanan jalan sudah dipenuhi dengan perumahan warga. hampir sampe di pos perijinan kami sempat bingung karena ada dua rumah yang didepannya terdapat plat bertuliskan pos perijinan. yang satu tepat disamping kiri dan yang satunya disebelah kanan sedikit kebawah..
Mengikuti kang Udin,kami memutuskan untuk mampir ke pos perijinan yang lebih dekat.
Setelah kami menyapa,dari dalam keluar seorang ibu-ibu dengan kisaran usia belum terlalu tua, menyambut dengan senyum ramahnya. tidak jauh beda dengan pos perijinan pada umumnya, diruangan utama sudah pasti terlihat lebih lapang. disisi kanan, lesehan panjang digunakan sebagai tempat beristirahatnya para pendaki dan disebelah kiri area untuk parkir sepeda. beberapa sepeda sedang nongkrong manis disitu. Kembali ibu–ibu yang tadi samperin kami, masih dengan senyum ramahnya menawarkan makan malam. sambil menunggu makanan yang masih disiapkan, rombongan pendaki lain yang sempat kami bertegur sapa diatas tadi datang…
Di tengah dinginnya malam dalam sebuah kelompok pos perijinan kita terbenam dalam suasana penuh keakraban sesama pecinta alam….
Hari yang baru untuk jiwa yang cerah…
hari pertama diawal minggu kami masih disini di desa selo. setelah semalaman beristirahat pagi ini semua bangun dengan semangat dan keceriaan yang baru. rasa capek sudah berganti dengan ketawa-ketawa lagi, becanda-becanda lagi,semuanya tentang kita…pokoknya kita banget..
jam tujuh lebih dikit,sarapan pagi yang kami pesan keluar juga..Lima piring nasi goreng, plus telor ceplok,teh hangat,saya rasa sudah cukup istimewa..
yang penting udah gak galau lagi,udah gak setengah matang lagi, udah gak nanggung lagi, makanan yang tersedia,udah siap dan layak pakai.
saya,aris,kang udin,bashor dan fery menikmati segala yang sudah disediakan oleh ibu penghuni pos perijinan..thanks bu untuk penginapan dan jamuannya..
Petualangan ini belum benar-benar berakhir, setelah meninggalkan selo Kita berempat berencana untuk melanjutkan petualangan dengan backpackeran ke jogja via solo. Dan perjalanan ini merupakan salah satu yang gak akan pernah saya lupakan begitu juga dengan mereka. Gak perlu pake len, gak perlu pake bis apalagi taksi, semua perjalanan ditempuh dengan ngegandol, atau bahasa kerennya surabaya ngebonek, dan gak nanggung-nanggung 2 buah pick up sayur dan satu truk pasir berhasil kita taklukan. .thanks buat para om sopir ya udah berbaik hati berikan kita tumpangan.
Inilah perjalanan terakhir kami dengan kang udin. kebersamaan selama tiga hari yang berkesan harus disudahi sampai disini. Kang udin pulang ke magelang dan kita teruskan petualangan ini. Didepan pintu gerbang candi borobudur yang megah itu, di bawah lampu lalulintas kami berempat melepas kepergian kang udin.Makasih ya kang buat semuanya, Buat tumpangan di rumah akang, buat makanan yang sudah susah-susah disiapkan buat kami berempat, Dan maaf yang sebesar-besarnya buat semua salah yang sudah kita perbuat,buat omongan kita yang kadang keceplosan dan buat sikap kita yang sudah menyinggung perasaan akang. Ditengah ramainya suasana kota siang itu, suasana haru membius kelima anak manusia pecinta alam. Sampai jumpa kang udin, sampai bertemu lagi di ekspedisi selanjutnya…Salam lestari……dan perpisahan itupun terjadi…