Perkenalkan namaku Angga Setia Budi Utama, aku anak ke 4 dari 6 bersaudara. Aku sekarang duduk di kelas 12 sekolah SMKN 5 Surabaya, mungkin aku akan sedikit membagi pengalamanku saat mendaki gunung. Hehe bukan cuman sekedar membagi pengalaman, tapi ada beberapa momen yang memang akan membuat kalian bertanya-tanya serta ingin sekali untuk melakukan pendakian. Selamat membaca sobat Cadventura
Kata pendakian, itulah kata yang mungkin sudah tak asing lagi bagi setiap orang. Dan aku yakin yang kalian fikirkan saat dengar kata itu adalah capek, buang-buang waktu, butuh biaya banyak serta hanya untuk orang laki-laki saja. Hehe kalo saya boleh berpendapat, sejujurnya pendakian itu memang capek. Tapi kalian gak akan mungkin kok dipaksa jalan terus kalo capek. Karena sebuah pendakian itu sangat butuh ritme, pasti kalian bertanya tentang kenapa kita harus punya ritme? Yang pasti karena sebuah ritme, kita akan bias memperkirakan estimasi waktu untuk mencapai puncak/pos selanjutnya. Apalagi pengalaman pribadi, pernah saya mendaki gunung penanggungan bersama 4 teman saya yang 3 diantaranya belum pernah mendaki gunung sama sekali. Tantangan juga untuk saya supaya bias membawa mereka kepuncak penanggungan hehe, tapi saat perjalanan ke tamiajeng via pasuruan kami tersesat. Akhirnya kamipun mencari jalan menggunakan GPS, tapi ditengah perjalanan kami berhenti sejenak di Indomaret untuk membeli sebuah perlengkapan lagi.

Dan disitulah kami bertemu dengan pendaki lain yang berasal dari kota tetangga yaitu Sidoarjo, kami pun memutuskan untuk melakukan perjalanan dengan rombongan itu. Meski baru kenal, tapi mereka sangat ramah tamah. Melewati jalan yang memang naik turun, beberapa orang dari rombongan Sidoarjo mencover kami dari belakang menggunakan motor Vixion hehe mungkin takut beberapa motor tidak kuat saat menanjak. Lalu kurang lebih satu jam perjalanan kami pun sampai di pos perizinan Tamiajeng, sesampainya kami disana rombongan berhenti sejenak untuk melepas penat. Setelah selesai istirahat kitapun mengurus biaya perizinan untuk mendaki, Start dimulai sekitar jam setengah 8 malam.Seperti biasa, kami tidak lupa berdo’a saat akan memulai perjalanan. Dengan di pimpin oleh om ino berdo’a pun dimulai, lalu sesudah berdo’a kita langsung memulai perjalanan.
Perjalanan pertama kali untuk ke 3 temanku, mereka sangat antusias.Tak lupa juga kami membawa senter untuk menerangi jalan menuju puncak, kita di dalam perjalanan saling menjaga satu sama lain. Taklupa pula disetiap perjalanan kami pasti terdengar suara “Kalo capek bilang ya, jangan dipaksa. Kita mendaki bareng, jadi apapun kesulitan kita harus kita lalui bareng juga” mungkin kata itulah yang membuat semangat kita jadi berlipat ganda.Kita juga sering saling mendahului dengan anak-anak sekolah dari kota Mojokerto hehe dan disitu kami tidak diam saja saat mendahuluinya, disitu kita sering mengucapkan kata “Monggo” dengan senyum ceria. Beberapa kali kami terhenti karena 2 teman saya perempuan kecapek’an, maklum cewek dan mereka juga baru pertama kali mendaki. Ditengah perjalanan ada beberapa orang dari rombongan Sidoarjo bertanya kapan kita bias sampai puncak bayangan? Dan akhirnya saya dan beberapa orang yang sudah memperkirakan waktunya, menjawab secara berurutan tetapi jawaban kita sama yaitu jam setengah 11. Langkah demi langkah kami lalui dan akhirnya kita hamper sampai di puncak bayangan, tetapi bertambah juga tantangan untuk kita karena medan yang sangat ekstrimya itu berupa kemiringan yang bias dibilang 45 derajat. Tapi tanpa pantang menyerah kami pun saling bahu membahu untuk membantu satu sama lain agar bias mencapai puncak bayangan, setelah kurang lebih setengah jam kita melalui track yang ekstrim. Akhirnya kita pun mencapai puncak bayangan hehe, disitulah kami merasakan angin malam yang sangat dingin serta di manjakan dengan pesona pemukiman penduduk dari puncak bayangan gunung penanggungan. Gemerlap lampu dari setiap rumah penduduklah yang membuatnya kian indah dan menawanJ

Oh iya nih kalo boleh jujursebenarnya pendakianku ke gunung penanggungan hanya habis biaya 50rb, pendakian yang sangat murahkan? Dan tentunya sepadan dengan view di puncak penanggungan hehe, jadi kalo kalian denger pendakian membutuhkan biaya yang sangat banyak itu tergantung dari gunung mana yang akan kita daki serta kesiapan perlengkapan yang akan kita bawa sehingga tidak membeli perbekalan di daerah pendakian yang bias dibilang cukup mahal harganya. Eh saya hamper lupa mungkin anak perempuan berfikiran bahwa pendakian hanyauntuk laki-laki saja kan? Engga kok pendakian itu bebas untuk semua orang. Kalian gak perlu takut kalo gaada perempuan disana, pasti ada banyak. Tentu kalian pernah lihat film 5cm kan? Itu kan juga ada 2 perempuan yang mendaki mahameru, gunung tertinggi ke 6 di Indonesia. Keren gaktuh? Pasti pengenkan? Tapi kalo emang pemula saya sarankan untuk mendaki penanggungan terlebih dahulu, mungkin bertanya-tanya kenapa gak boleh kegunung yang tinggi kayak semeru, arjuno atau lainnya? Bukan gak boleh, tapi lebih baik kalian membiasakan diri dulu dengan track/medan di gunung. Lagi pula pasti akhir-akhir ini kalian sering mendengar insiden kecelakaan digunung, sebut saja di gunung merapi, gunung arjuno-welirang, gunung lawu serta gunungsemeru. Mereka beberapa pendaki yang mungkin baru mengenal medan di gunung tersebut atau bahkan kurang hati-hati saat malalui track di gunung itu. Hanya itu cerita dari saya yang bias saya bagi, bila ada salah kata mohon maaf. Sekian pengalaman perjalanan saya, terima kasih semoga bermanfaat, SALAM SOBAT CADVENTURA !!