Gunung Tujuh yang terletak di dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) di Jambi ini menyimpan sebuah danau yang dinobatkan menjadi danau tertinggi di Asia Tenggara. Selain itu, Danau Gunung Tujuh ini juga menjadi salah satu situs warisan dunia UNESCO.
Jalur pendakian yang jelas dan waktu tempuh yang tidak terlalu lama membuat Gunung Tujuh dan danaunya menjadi salah satu tujuan wisata hiking, camping dan trekking yang paling banyak diminati oleh para pendaki gunung dan pencinta alam dari dalam maupun dari luar daerah Kerinci, hingga mancanegara. Yuk, ikuti perjalanan kami dalam mencapai Puncak Gunung Tujuh dan menikmati keindahan Danau Gunung Tujuh yang terkenal itu.
Para Pendaki Kecil Ikut Serta
Sedianya pendakian ke Gunung Tujuh ini akan aku tempuh bertiga dengan Zaki dan Raihan saja, namun sesaat setelah menginjakan kaki di Negeri Sakti Alama Kerinci yang menjadi julukan Kota Kerinci ini, Sasha, keponakan yang masih duduk di bangku sekolah dasar, dan Ine, bundanya, juga seorang adik sepupu – Dinda – juga bersikeras untuk turut serta dalam perjalanan kali ini.
Dengan pertimbangan bahwa Raihan nanti mempunyai teman seperjalanan yang seumuran dengannya, sehingga dapat menghilangkan kebosanan selama dalam perjalanan, aku akhirnya menyetujui tambahan “kargo” ini untuk dibawa menuju Puncak Gunung Tujuh.
Dalam rencana pendakian sebelumnya, perjalanan ini aku rencanakan untuk pulang sehari saja. Artinya kita akan mulai mendaki di pagi hari dan sore harinya sudah turun kembali ke bawah. Untuk itu, beban yang dibawapun dipersiapkan tidak terlalu banyak.
Logistik yang kami bawa juga terbatas untuk jangka pendek. Nasi bungkus untuk makan siang, beberapa makan ringan dan wafer untuk camilan selama pendakian, permen dan coklat batangan, serta tentunya beberapa botol air minum yang dibagi ke dalam masing-masing backpack di punggung pendaki-pendaki kecil ini.
Pukul 10:00 wib kami baru saja sampai di pos pemerikasaan yang letaknya tidak jauh dari gerbang pendakian ke Gunung Tujuh ini. Kami mendaftarkan diri dengan mengisi buku tamu di meja registrasi, dan membayar tiket masuk ke Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) sebesar Rp. 5.000,- per orangnya.
Sebelum memulai pendakian, tim kecil kami membentuk sebuah lingkaran kecil persis di depan gerbang pendakian Gunung Tujuh ini, lalu dengan khusuk berdoa agar perjalanan kali ini diberikan keselamatan, kesehatan dan kesuksesan dalam menggapai tujuan kami ke puncak gunung ini.
Setelah berdoa, sesi foto sebelum pendakian-pun dimulai sebagai dokumentasi perjalanan dan kenang-kenangan buat masa yang akan datang.


Pendakian tanpa jeda
Perjalanan kami mulai dengan dengan mengikuti jalan setapak yang agak luas, masih dapat dilalui oleh mobil. Jalan tanah ini sedikit becek di beberapa titik yang kami lalui, karena hujan malam sebelumnya.
Kiri kanan jalan didominasi oleh kebun sayuran penduduk. Tanaman kentang masih menjadi primadona di daerah ini.


Tak berapa lama kemudian, jalanan yang kami tempuh mulai melalui jalanan tanah padat dengan bebatuan, dengan rerumputan serta semak menghijau di kiri dan kanan jalanan. Jalur ini akhirnya membawa kami ke sebuah lokasi yang dahulunya pernah dijadikan villa-villa atau tempat menginap dan memantau kondisi Gunung Tujuh. Beberapa bangunan kosong terlihat di sekitar lokasi ini. Diantaranya mulai ada yang rusak dimakan waktu.
Dengan mengikuti jalan setapak tanah yang lembab di ujung komplek villa ini, kami mulai memasuki hutan Gunung Tujuh. Pepohonan rindang menaungi jalur pendakian ini, membuat sauna perjalanan menjadi teduh.
Trek yang kami jalani sudah mulai menanjak, melewati banyak akar-akar pohon. Semakin ke atas, pendakian semakin menanjak. Jalur ini tidak kami temui adanya trek mendatar yang dapat digunakan untuk menarik napas untuk sementara waktu. Total perjalanan ini kami lalui dengan tanjakan tanpa jeda, seolah-olah tanpa akhir.
Muntah di Ketinggian
Dengan kondisi tanjakan yang seperti tiada akhir ini, perjalanan kami menjadi lebih lambat. Beberapa meter sekali, tim kecil ini harus duduk di sepanjang jalur pendakian untuk sekedar menghela satu dua napas, atau untuk membasahi kerongkongan dengan air yang kami bawa dari bawah. Sesekali, beberapa gigitan makan ringan juga menghilang ke dalam kerongkongan.
Tanpa menunggu istirahat yang lebih lama, perjalanan dilanjutkan kembali beberapa meter jauhnya, untuk kemudian kembali mengambil waktu jeda beristirahat. Toh, katanya “Tidak lari gunung dikejar.”
Beberapa meter sebelum mencapai puncak, Zaki merasakan mual di perutnya, sehingga tim kami kembali mengambil masa untuk beristirahat. Baru saja duduk di tanah lembab, Zaki sudah muntah mengeluarkan isi perutnya. Perbedaan ketinggian memberikan pengaruh tekanan pada fisiknya. Kami menunggu beberapa saat, sambil memberikan minyak gosok hangat di perut dn tubuh Zaki, sambil melihat apakah ada tanda-tanda mountain sickness lainnya yang muncul.
Tak lama kemudian, Zaki sudah berdiri kembali dan sudah siap untuk melanjutkan perjalanan kembali. Beberapa kali aku bertanya kepadanya, apakah kondisinya sudah pulih? Apakah terasa rasa pusing di kepala? Dan Zaki memastikan bahwa tubuhnya sudah ringan dan kembali stabil seperti sedia kala setelah muntah tadi. Dan perjalananpun kami lanjutkan.
Puncak Hanya Bonus, Danau adalah Jackpot
Sepuluh menit kemudian sejak perhentian terakhir kalinya tim kami beristirahat karena Zaki mengalami trouble, tim ini akhirnya mencapai puncak pendakian di 2.100 mdpl. Di puncak ini kami kembali beristirahat untuk sementara waktu, melemaskan otot-otot kaki. Sambil bersiap untuk melanjutkan perjalanan berikutnya dengan jalur menurun tajam menuju ke arah Danau Gunung Tujuh.
Beberapa frame foto kami abadikan di puncak ini sebagai kenangan dalm perjalanan. Wajah-wajah mungil yang ikut dalam pendakian ini kelihatan sumringah, apalagi saat mereka diberitahu bahwa jalur yang akan kita lewati selanjutnya tidak ada pendakian, seluruhnya menurun menuju Danau Gunung Tujuh.

Puas berpose di puncak 2.100 mdpl ini, kami melanjutkan perjalanan menuju Danau Gunung Tujuh. Perjalanan melewati jalur yang turun curam, dan mulai banyak ditemui bebatuan cadas yang cukup licin. Beberapa akar dari pepohonan sangat membantu sebagai pegangan agar tidak tergelincir. Kehati-hatian sangat dituntut dalam menuruni jalur turun ini.
Karena jalurnya menurun, tidak butuh waktu yang lama, tik kami akhirnya sampai di pinggiran Danau Gunung Tujuh (1.950 mdpl). Beberapa pendaki sudah berada di sekitar pinggir danau ini mendirikan tenda mereka.
Begitu sampai di pinggir Danau Gunung Tujuh, tiba-tiba hujan turun membasahi Bumi. Jas hujan-pun buru-buru kami kenakan untuk melindungi tubuh dari basah kuyup. Dengan masih mengenakan jas hujan, kami rayakan keberhasilan mencapai Danau Gunung Tujuh ini dengan makan siang bersama sambil memayungi nasi bungkus yang kami bawa dari bawah dengan sehelai fly sheet.
Total waktu perjalanan yang kami perlukan untuk menyelesaikan jalur dari Pos Pemeriksaan di Pintu Rimba Gunung Tujuh sampai ke Danau Gunung Tujuh adalah sekitar 4 jam hiking. Padahal normal biasanya untuk menuntaskan jalur sepanjang kira-kira 3 km ini adalah 2- 2,5 jam.

Danau Gunung Tujuh ini luasnya sekitar 960 hektar, dengan panjang 4,5 kilometer dan lebar 3 kilometer. Kabut dan awan lebih sering menyelimuti di sekitar danau ini karena ketinggiannya.
Danau Gunung Tujuh ini terbentuk dari proses letusan gunung api, yaitu Gunung Tujuh, yang membentuk kawah besar dan terisi air hujan, airnya mengaliri beberapa sungai di Jambi, salah satunya bermuara di Sungai Batanghari.

Dinamai Gunung Tujuh karena dikelilingi tujuh puncak gunung di sekitarnya, di antaranya Gunung Hulu Tebo (2.525 mdpl), Gunung Hulu Sangir (2.330 mdpl), Gunung Madura Besi (2.418 mdpl), Gunung Lumut (2.350 mdpl), Gunung Selasih (2.230 mdpl), Gunung Jar Panggang (2.469 mdpl), dan Gunung Tujuh (2.735 mdpl).
Di salah satu sudut pinggiran danau terdapat hamparan pasir putih, di mana para pendaki sering menggunakan lokasi di sekitar sana dengan mendirikan tenda dan menjadikan tempat itu untuk beristirahat.
Di sekitar kawasan Danau Gunung Tujuh ini terdapat satwa khas TNKS, antara lain siamang, beruang madu, tapir, kupu-kupu, babi hutan, berbagai macam burung, Harimau Sumatera, berbagai macam flora mulai dari anggrek, sampai primadonanya Gunung Tujuh, kantong semar.
Cara mencapai Danau Gunung Tujuh
Kamu tertarik ingin menjajal jalur pendakian ke danau tertinggi di Asia Tenggara ini? Berikut cara mencapai destinasi ini dan perkiraan budget yang harus kamu siapkan untuk ke sana.
Kabupaten Kerinci dapat dicapai dari dua kota besar, Jambi dan Padang di Sumatera Barat. Jika kamu menuju Kerinci dari Kota Jambi, kamu dapat naik travel dengan tujuan Jambi ke Kota Sungaipenuh sebagai ibukota Kabupaten Kerinci. Perjalanan darat ini berdurasi perjalanan sekitar 12 jam, dengan ongkos sekitar Rp. 160.000,-
Untuk travel Jambi ke Kerinci, salah satunya kamu dapat menghubungi PO. Kerinci Wisata di nomor 0852 6858 1717.
Saat ini ada penerbangan satu kali sehari dari jambi ke Sungaipenuh dengan pesawat perintis susi air, berkapasitas 30 kursi. Ongkosnya yang terendah berkisar Rp525.000 dengan durasi 1 jam 50 menit. Biasanya take off dari air port Sultan Taha Jambi pukul 8:50 wib.
Sesampainya di Kota Sungaipenuh, kamu naik oplet dengan tujuan ke Kayuaro, di kaki Gunung Kerinci. Pastikan kamu tanyakan ke supirnya apakah sampai ke Desa Pelompek, tempat pendakian ke Gunung Tujuh dimulai. Perjalanan dari Sungaipenuh ke Pelompek memakan waktu sekitar 2 jam.
Jika sampai ke Desa Pelompek, kamu nantinya akan diturunkan oleh oplet di persimpangan jalan masuk menuju ke Gunung Tujuh. Dari sana kamu dapat jalan kaki ke dalam, menuju pos masuk lokasi Gunung Tujuh. Lumayan jauh… Atau kamu dapat minta antar ke dalam dengan oplet yang sama, tentunya dengan tambahan ongkos agar kamu dapat menghemat tenaga sesampainya di pos pendakian Gunung Tujuh.
Jika kamu menuju ke lokasi ini dari Kota Padang, Sumatera Barat, belum ada jalur pesawat perintis dari Kota Padang menuju Kota Sungaipenuh. Kamu dapat menggunakan jasa travel untuk durasi perjalanan 8-9 jam, atau dapat lebih cepat lagi.
Ongkos travel ke Kerinci sekitar Rp. 100.000,- untuk mobil jenis engkel ukuran tigaperempat berkursi 14 orang, dan sekitar Rp. 130.000,- untuk mobil travel jenis APV berpenumpang 5 orang. Bila ingin dijemput langsung ke Bandara Internasional Minangkabau biasanya dikenakan charge tambahan sekitar Rp. 20.000,- perorang.
Untuk travel Padang ke Kerinci, salah satunya kamu dapat menghubungi PO. Sahabat Kerinci Wisata (SKW) di nomor 0852 6657 2777.
Kamu nanti komunikasikan ke supir travelnya turun di Pelompek karena mau naik ke Gunung Tujuh. Coba saja nego dengan tambahan biaya untuk mengantarkan langsung ke pos pemeriksaan Gunung Tujuh. Namun, biasanya travel mau mengantar ke dalam dengan tanpa menarik biaya tambahan, karena travel biasanya memang antar sampai ke alamat, apalagi jika kamu berombongan.