
Ketika Anda adalah seorang mahasiswa pertukaran pelajar di Eropa, salah satu hal yang wajib Anda lakukan adalah Eurotrip. Percayalah, perjalanan Anda akan sangat berkesan, apalagi jika Anda pergi bersama sahabat tercinta.
Banyak yang berpikir kalau liburan ke luar negeri memakan budget yang besar dan ribet, tetapi jika Anda sedang menetap di Eropa untuk beberapa waktu, Â Anda bisa dengan mudahnya berpergian ke negara-negara tetangga tanpa budget besar dan persiapan yang ribet, asalkan Anda pandai dalam menyusun rencana perjalanan Anda.
Beberapa waktu lalu saya sedang mengikuti pertukaran pelajar selama dua semester di La Rochelle, Prancis bersama seorang mahasiswi UNPAD, sebut saja Mbak Ria, yang mendadak jadi soulmate selama di Eropa. Pada awalnya, saya hanya fokus untuk pergi ke Prancis dan menikmati pesona negara penghasil keju terbesar di dunia itu, tanpa berpikir kalau saya berhasil mengunjungi 7 negara dengan budget rendah!
Pada kesempatan ini saya akan menceritakan pengalaman Eurotrip pertama saya mengunjungi Portugal, Spanyol, dan Italia. Saya sempat khawatir bakal kehabisan uang kiriman ketika tiba-tiba mbak Ria datang ke kamar untuk booking semua tiket pesawat ke tiga negara beserta penginapan untuk liburan kurang lebih 10 hari via online. Setelah kurang lebih empat jam nongkrong di kamar, akhirnya si mbak Ria berhasil membooking  tiket pesawat dari Bordeaux-Porto, Porto-Barcelona, Barcelona-Milan, Milan-Roma, Roma-Bordeaux, tiket kereta api La Rochelle-Bordeaux, Bordeaux-La Rochelle, dan semua penginapan murah di tiga negara itu. Total yang kami habiskan untuk akomodasi ‘dasar’ sekitar 250 euro saja! (pada waktu itu sekitar tiga juta rupiah, yihuuuu kami senang! Tiga juta buat 3 negara di Eropa masbroooo! ). Semua peginapan kami booking melalui www.booking.com, sedangkan tiket pesawat, kami pakai Ryan Air, booking langsung via www.ryanair.com.
Sebelumnya, saya belum pernah trip hanya dengan seorang teman perempuan, jadi meskipun keamanan di Eropa lebih terjamin daripada di Indonesia, saya dan mbak Ria tersayang  sempat was-was sebelum berangkat. Maklum kami nggak pernah ikut karate. Kami berangkat dari kota La Rochelle ke Bordeaux pukul 6 sore waktu setempat. Perjalanan memakan waktu dua jam. Di kota Bordeaux, kami menginap semalam di logement seorang pelajar Indonesia yang kami temukan di sebuah grup PPI (persatuan pelajar indonesia) Bordeaux (lumayan kami tak perlu bayar sewa kamar). Flight ke Portugal berangkat dari Bordeaux pagi hari berikutnya dengan harga tiket pesawat hanya 14 euro dengan Ryan Air. FYI, flight dengan Ryan Air bisa sangat ramah di kantong jika booking dilakukan di saat yang tepat.

Perjalanan ke Porto memakan waktu sekitar 1 jam 45 menit. Kami disambut dengan langit mendung kota Porto. Sempat gerimis-gerimis sedikit, tapi kami nggak menyerah! Dari bandara Porto menuju penginapan, kami naik tram bertarif 4 euro. Jalanan di pusat kota Porto berpaving, berkelok-kelok, dan lebih sempit daripada jalanan di kota Prancis, serta menanjak (berasa naik merbabu via wekas yang jalan miring berpaving ada makamnya itu). Â Di kanan kiri jalan banyak ditemui PKL makanan, bunga, dan souvenir. Sama seperti bangsa Eropa lainnya, pusat kota tak banyak dilalui kendaraan bermotor. Yang membedakan Porto dengan kota-kota lain di Eropa seperti Paris, Milan, Amsterdam, atau Barcelona adalah di Porto tak banyak ditemui toko-toko barang branded. Sejauh yang kami pantau, hanya ZARA yang tampak paling mewah. Usut punya usut, pemerintah Portugal membatasi masuknya merk-merk branded dan barang mewah di negara ini karena UMR di Portugal termasuk rendah dibandingkan negara-negara lainnya di Eropa.


Letak penginapan kami di pusat kota. Dari luar tampak seperti bangunan tua yang kurang terawat. Namanya Residencial Henrique III. Setelah kami masuk ke dalam, ternyata kamarnya cukup lumayan dengan harga 8 euro per orang. Di Jogja atau di Bali, kami nggak akan mendapatkan kamar seperti ini dengan harga kurang dari 250 ribu.

Kota Porto adalah kota wisata sederhana yang cantik. Tanpa pemugaran besar-besaran dari pemerintah, kota ini sudah sangat mempesona dengan medan semi perbukitan yang dilewati sungai besar. Dengan bermodal jalan kaki, Anda bisa mengunjungi situs situs purbakala yang tersebar di kota.

Untuk memuaskan rasa lapar dan dahaga, Anda bisa mencicipi kuliner khas Portugal di resto pinggir jalan. Harga makanan di Porto cukup murah, tapi jangan kaget jika masakan portugal sedikit lebih asin. Kami akhirnya memilih restoran China. Benar-benar restoran China, dari dekorasi, menu makanan, pemiliknya, karyawannya, sampai hiasan kucing emas di kasir juga ada.


Trip selanjutnya adalah …..BARCELONA…, kota impian bagi penggila bola. Kami menghabiskan sekitar 18 euro untuk tiket ke Barcelona dengan Ryan Air. Kami sampai Barcelona tengah malam dan menginap di hotel seharga sekitar 200 ribu per orang (dengan kasur luas, lengkap dengan TV, pemanas, dan bath tube di dalamnya). Letak penginapan kami tidak jauh dari Rua de la Ramblas, semacam Malioboronya Barcelona. Beruntung penginapan kami tak jauh dari Plaça de Catalunya. Kota Barcelona masih menyala di malam hari. Karena mbak Ria kelaparan, kami makan malam-malam di restoran pakistan. Guess what, dengan harga 6 euro per-orang, kami mendapat porsi raksasa! Pemilik resto yang imigran Pakistan antusias melayani kami yang asli Indonesia, apalagi lihat mbak Ria sang hijaber gahoel.

Untuk memaksimalkan hari-hari kami di Barcelona, kami ikut bus tour. Bus tour adalah bus yang berhenti di setiap tempat wisata di sebuah kota, biasanya di tiap kota besar di dunia ada. Bus ini lewat setiap 5 menit. Rutenya sudah ditentukan dan kami diberi peta wisata tempat-tempat yang dilewati bus. Daripada repot-repot naik metro, dengan membayar 30 euro untuk 2 hari, kami bisa leluasa mengunjungi tempat-tempat yang kami inginkan, plus kami mendapat peta wisata kota Barcelona.
Di hari pertama kami mengunjungi bagian barat kota Barcelona. Kami mengunjungi beberapa ikon Barcelona, seperti gereja Sagrada, pantai di timur Barcelona, dan yang paling membuat terkagum-kagum Museu Nacional d’Art de Catalunya (MNAC). Bentuknya seperti istana raksasa, tapi situs ini sekarang menjadi museum seni. Ada patung-patung megah, tangga-tangga batu, air mancur, taman-taman unyu, pokoknya berasa ada di film-film Barbie atau Cinderella gitu deh. Kami istirahat sejenak untuk foto-foto dan menikmati keindahan kota Barcelona dari atas museum.



Di hari kedua, kunjungan kami yang paling penting adalah Camp Nou, markasnya FC Barcelona. Untuk bisa masuk lapangan stadion, tarfinya 25 euro, tetapi karena kami kesorean, kami gagal masuk ke dalam lapangan. Di Camp Nou juga terdapat official store dari FC Barcelona. Meskipun saya tidak demen bola, saya tetap menyempatkan diri untuk berbelanja souvenir di official store. Siapa tau ada Fabregas latihan.


Tempat yang berkesan menurut kami ada Plaça de Catalunya dan sepanjang jalan Rua de la Ramblas. Tempat ini mirip alun-alun di Indonesia, ibaratnya sepanjang jalan Malioboro dan altar di Jogjakarta. Tempat ini juga jadi tempat pemberhentian bis. Plaça de Catalunya merupakan simpang lima (atau enam atau tujuh ya?.) yang menghubungkan berbagai ruas jalan. Di sepanjang jalan dapat ditemui berbagai toko-toko, baik barang branded, toko elektronik, toko buku, supermarket, hingga PKL yang menjual bunga-bungaan dan kartu pos. Oh yaa, jika Anda berjalan tengah malam di sekitar sini banyak juga ditemukan ‘nona-nona’ yang menunggu pelanggan di pinggir jalan. Tidak tanggung-tanggung pakaian mereka sangat seksi bahkan transparan. Mungkin kalau sedang beruntung, bisa menemukan yang topless kali ya.

Trip kami yang terakhir adalah Italia. Diawali dengan menginap di bandara Barcelona karena flight kami pagi hari, kami mendapat pengalaman kurang menyenangkan di kota Milan. Penginapan kami ternyata jauh dari pusat kota dan pemiliknya tidak stay 24 jam di penginapan, ditambah kota Milan sedang dingin dinginnya (suhu minus 5, pemanas di penginapan ternyata macet!). Kami hanya mengunjungi Duomo dan sekitarnya malam itu, dilanjutkan dengan perjalanan ke kota Roma dini hari berikutnya.

Kekecewaan kami di kota Milan akhirnya terhapuskan dengan kecantikan kota Roma, meskipun lagi-lagi penginapan kami ternyata terletak jauh dari pusat kota. Impian kami untuk menjajal pizza dan pasta Italia akhirnya tercapai. Pizza Italia berekstur tipis dan rasanya tidak terlalu nano-nano seperti pizza kebanyakan di Indonesia. Kami sukses menghabiskan 2,5 hari di Roma dengan mengunjungi hampir semua situs turistik di sana.

Beruntung Roma tidak sedingin Milan dan penginapan kami seperti cottage, jadi ternyata yang kami sewa adalah pondokan kecil lengkap dengan pemanas, kamar mandi, dan internet super ngebut. Bisa jadi tempat bulan madu yang bagus untuk pengantin baru. Anda tak perlu khawatir masalah koneksi internet di Eropa, karena hampir di setiap tempat makan, penginapan, bandara, stasiun, bahkan di dalam bus dan kereta tertentu terdapat wifi gratis.


Ada hal unik ketika kami di Italia. Selama ini kami mengira bahwa pengemis yang membawa banyak anak, entah anak tetangga atau anak dapet dari tong sampah, bertampang melas dan lusuh hanya ada di Indonesia atau di negara berkembang, tetapi nyatanya di Roma sangat banyak ditemukan. Ada yang sengaja ‘mendandani’ anaknya compang-camping agar orang yang melihat iba dan memberi uang.
Hari terakhir di Roma kami habiskan dengan berkemas dan berbelanja beberapa kue di supermarket dan makan Pizza. Tak lupa kami membeli souvenir sebagai kenang-kenangan. Miniatur menara Pisa, Colosseum, dan Duomo dijual hanya seharga 1 euro saja. Di sekitar Vatican banyak dijual souvenir murah di pinggir jalan. Selain itu juga ditemui sederet restoran Italia dengan varian harga yang tidak terlalu berbeda, menu dan harga tertera di depan restoran. Oh ya ketika itu kami sedang beruntung melihat Paus Benediktus XVI dari kejauhan yang secara kebetulan sedang khotbah di Vatikan ketika kami menunggu bis di seberang Vatikan. Vatikan dijaga khusus oleh semacam prajurit berkostum mirip joker yang konon para prajurit itu didatangkan khusus dari Yunani.

Untuk menuju bandara Roma, kami naik bus bandara bertarif sekitar 6 euro. Dari Roma menuju Bordeaux (kembali ke Prancis lagi yay!), harga tiket kami 48 euro. Itu tiket termahal selama perjalanan kami, sekitar 600 ribu rupiah pada waktu itu. Rencana awalnya kami masih ingin menginap 1 hari lagi di Bordeaux, tapi ternyata masih ada kereta malam menuju La Rochelle. Karena sudah sangat kelelahan dan susah BAB selama berhari-hari, kami nekat naik kereta TGV dan RER tanpa tiket sesuai jadwal ke La Rochelle. Untungnya ketika ada pengecekan tiket, kami pasang tampang memelas dan beralasan bahwa kami ingin menukar tiket tetapi tidak ada waktu dan si Mas pengecek tiket nggak menindak lebih lanjut (sekedar informasi, di Prancis apabila ketahuan tidak membawa tiket ketika pengecekan akan dikenai denda sekitar 175 euro untuk kereta).
Kami sampai La Rochelle pukul 21.30, tepat satu hari sebelum hari natal tahun 2012. Perasaan senang dan mengharukan karena kami tiba dengan selamat di Prancis dan asrama tercinta kami (lebay! Tapi kala itu memang benar-benar mengharukan bisa sampai La Rochelle lagi dengan utuh!). Momen itu adalah salah satu liburan paling seru yang pernah saya alami, selain ada lagi catatan perjalanan lain ketika saya backpacker solo selama 12 hari ke Belanda, Swedia, dan Jerman yang akan saya ceritakan di lain kesempatan.
Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa berlibur di Eropa bisa sangat hemat apabila Anda bisa memanage dengan baik mulai dengan tiket perjalanan, penginapan, waktu, tempat yang dikunjungi,dan barang-barang yang ingin dibeli. Sekedar mengingatkan, terkadang face Asia, terlebih jika Anda berhijab mendapat perlakuan ‘lain’. Tidak ekstrim sih, tetapi bisa dibilang bahwa rasisme di Eropa masih ada. Jika Anda berangkat dari Asia, yang menjadi mahal memang modal untuk pesawat dari Asia menuju Eropa, tetapi jika Anda sudah berada di Eropa, berlibur ke negara tetangga hanyalah seperti kita berlibur ke provinsi atau pulau lain di Indonesia. Bisa saja Anda merencanakan liburan ke Eropa jauh-jauh hari dan pesan tiket murah beberapa bulan sebelumnya. Anda juga bisa memanfaatkan situs www.couchsurfing.com untuk menjalin pertemanan dengan para backpacker di seluruh dunia agar mendapatkan penginapan gratis (belum pernah coba sih, tapi sudah banyak teman yang coba dan katanya seru). So everybody, selagi masih muda, manfaatkan segala kesempatan untuk menjelajah dan mengenal belahan dunia lain. Selain bisa menambah teman, kita juga menambah wawasan tentang budaya, serta menemukan hal-hal menakjubkan yang tidak kita lihat di negara kita.